Jumat, 21 Oktober 2011

Napas Bayi Berbunyi Saat Tidur, Berbahayakah?

Ketika tidur napas bayi mengeluarkan bunyi "grok...grok...grok", tentunya bisa membuat Mama khawatir. Benarkah ruangan ber-AC jadi pemicu?

Menurut dr. PurnamaWATI S. Pujiarto, Sp.AK, MMPed, napas bayi yang berbunyi saat tidur bukanlah kondisi berbahaya dan biasanya disebabkan alergi. Alergi adalah kondisi saat sistem imun tubuh bereaksi terhadap hal tidak berbahaya (debu, serbuk bunga, atau makanan).

Alergi bisa mengenai berbagai bagian tubuh, seperti saluran napas atas (hidung pilek, bersin), mata (mata merah, berair, dan gatal), dan kulit (eksim, biduran). Jika alergi mengenai saluran napas bawah, terjadi penyempitan saluran napas alias asma.

Udara dingin bisa menyebabkan iritasi dan pembengkakan di saluran napas; terlebih jika udaranya kering seperti udara di ruangan ber-AC. Asap tembakau dan polusi juga jadi faktor pencetus.

Penanganan utamanya adalah:
Kenali pencetus dan sedapat mungkin hindarilah.
Berikan ASI dan hanya ASI selama enam bulan pertama (ASI dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun atau lebih). Kalau Anda memberi susu formula sejak dini, Anda justru memperkenalkan protein asing (protein non manusia) pada anak dan hal ini akan merangsang sistem imun anak, sehingga terjadi reaksi alergi.
Bijaklah menggunakan antibiotika. Penelitian membuktikan, pemberian antibiotika sejak usia dini bisa melipatgandakan risiko alergi dan asma ketika anak berusia enam tahun.
Pantau kondisi anak. Selama anak tidak sesak (frekuensi napas lebih dari 40 kali per menit), jangan cemas. Lebih seringlah Anda memberi minuman, serta biarkan ia menghirup uap panas (agar lendir tidak mengental). Bila perlu, berikan larutan garam fisiologis steril sebagai tetes hitung. Dan, jangan ada yang merokok di dekat anak, ya.

Obat Sakit Perut Yang Mujarab

MENGENAL PENYEBAB SAKIT PERUT

Sakit perut biasanya sering terjadi waktu musim pancaroba. Musim pancaroba adalah musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Kita membedakan musim pancaroba ini menjadi dua yaitu pancaroba dari panas ke musim hujan dan pancaroba peralihan dari musim hujan ke musim panas.

Nah, kita bisa tahu bahwa dulu bulan dengan akhiran ber – ber – ber itu musim hujan, contohnya yah oktober, november, september dan desember ! (sekarang kadang kita bingung menentukan musim karena perubahan cuaca yang tidak lagi dapat diprediksikan)
Nah, oleh sebab itulah kita harus menjaga daya tahan tubuh kita sebaik-baiknya. Mengapa ? Karena di televisi banyak iklan obat batuk, obat pilek, dan obat maag ! Artinya musim ini akan banyak orang kena flu, batuk, pilek, dan juga sakit perut !

Pertanyaannya, mengapa pada musim pancaroba ini banyak orang sakit ?

Di musim pancaroba suhu udara sering berubah-ubah, tiba-tiba panas, dingin, lembab, dan se bagainya. Apalagi jika disertai dengan angin kencang ! Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak berpengaruh pada tubuh, karena tubuh kita otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar. Saat itu pula daya tahan tubuh kita berkurang. Nah, Temperatur yang berubah-ubah ini akan memacu virus dan bakteri untuk lebih cepat berkembang biak.

Salah satu proses yang berperan adalah keadaan di musim pancaroba yang sering menyebabkan hujan yang tidak merata. Di satu tempat hujan sementara di tempat lain panas dan dipenuhi debu. Bakteri dan virus yang tumbuh subur di diebu dan kotoroan ini akan ditiup angin kesana kemari, nempel di tubuh kita, tubuh teman kerja kita, nempel di nasi goreng yang kita makan, ataupun di paha bebek warung langganan kita ! Begitu kita telan makanan yang sudah dihinggapi bakteri ataupun virus tadi, empat atau delapan jam kemudian perut kita mulai mengirimkan sinyal – sinyal ke otak kita ! Masalahnya apa benar penyebabnya adalah kuman tadi ? Ini adalah pertanyaan pertama untuk mencari tahu obat yang tepat untuk sakit perut kita !
Karena yang nulis artikel kesehatan ini bukan seorang dokter tetapi seorang blogger maka tidak ada bukti ilmiah atau medisnya melainkan berdasarkan pengalaman pribadinya.

Ketika perut saya sakit, kecurigaan pertama penyebabnya adalah maag alias lambung. Saya mulai memeriksa kembali jam makan saya, pagi tadi makan jam berapa, siang tadi jam berapa, dan terakhir kapan. Kalau waktu makan saya “seperti biasanya” saya mundur satu hari lagi. Kemarin malam makan jam berapa, siangnya, dan paginya. Soalnya biasanya kalo dua hari saya tidak makan dengan teratur, pasti hari berikutnya langsung kumat penyakit maag ini.

Sebagai pengobatan pertama, saya akan minum obat maag ini setengah jam sebelum makan dan satu jam setelah makan. Patokan saya dua kali jam makan, boleh makan pagi dan makan siang atau jam makan siang dan jam makan malam. Jika tidak kunjung membaik, berarti bukan asam lambung saya penyebab nyeri di perut ini. Obat maag yang biasa saya konsumsi mylanta tablet dan promag. Saya lebih suka obat maag berbentuk tablet karena praktis dibawa dan lebih murah harganya. Tapi kalo ngomong masalah manjur-manjuran, mylanta cair jauh lebih mujarab ! Oh iya...buat teman-teman yang gak terbiasa minum obat maag tablet. Cara minumnya bukan ditelan sama air putih tetapi dikunyah. Enak kok rasanya, pedes-pedes mint gitu loh!
Nah, ngomong – ngomong masalah nyeri ini, saya menyimpulkan kalo sakit perut itu dibagi menjadi empat macam.

Pertama, sakit perut disertai dengan tidur di kamar mandi ! Sakit perut jenis ini bikin celana dalam basah, dan tagihan PDAM melonjak ! Perut mules, isinya penuh tapi begitu dikeluarkan cuman bunyi “creet!” berwarna coklat dan berbentuk encer ! Jenis sakit perut ini bikin keki...apalagi jika terjadi di malam hari !

Kedua, sakit perut tapi gak bisa buang air besar ! Ha...ha...ha....mencret terus gak enak, gak dibuang juga gak enak ! Repot...repot ! Nah, biasanya penyakit gak bisa buang air besar ini karena kurangnya konsumsi makanan berserat ! Gampang kok obatnya, segera pergi ke pasar lalu beli papaya atau kates satu buah dan makan ! Biar tambah maknyuss, jangan lupa tambah air kelapa muda (degan ijo) satu buah ! Karena saya tahu kalau kalium kita turun, salah satu gejalanya adalah tidak bisa buang air besar ! Kalau gak suka obat alami seperti yang saya sarankan tadi, langsung aja pergi ke apotek dan beli obat pencahar.
Kalo gak salah mereknya Dulcolax, tinggal pilih mau yang ditelan atau yang dimasukkan ke lobang pantat kita ! Yah, mau cepet ya pake yang cara soto mi (baca sodomi).
Penyakit perut disebabkan oleh berkurangnya lapisan pelindung usus dan lambung. Sehingga asam yg di produksi oleh tubuh kita langsung mengenai usus danlambung kita, akibatnya perut kita sakit ato kita merasa kembung. Pada beberapa kasus, bahkan terjadi pendarahan hebat pada usus dan lambung. Sehingga banyak orang bilang ususnya luka atau ususnya bolong. Padalah usus memiliki kemampuan recovery yg sangat hebat. (Inilah kekuasaan Allah).

Ketiga, sakit perut pada saat haid (kalo ini, maaf terus terang saya belum pernah ngalamin karena biasanya sakit perut jenis ini hanya dialami oleh kaum wanita, kalo ada laki-laki yang pernah ngalamin, tolong email saya ya, LOL).
Keempat, sakit perut yang disebabkan oleh hal-hal lain misalnya kena tonjok, kena tendang, makan beling atau akibat gaib (untuk bagian ini, akan dibahas dalam artikel yang lain aja, tetap stay at www.zonaunik.com ya).

OBAT ALTERNATIF YANG SANGAT MUJARAB

1. Ambil segelas air putih biasa (tidak dingin dan tidak juga panas)
2. Masukkan 3 sendok makan Tepung SAGU.
3. (Optional / boleh tidak, boleh juga iya) Masukkan gula jawa (Sesuai Selera)
4. (Optional / boleh tidak, boleh juga iya) Masukkan garam sesuai selera, untuk penyedap saja.
5. Minum deh. (Simpel Buangeeeeeeeeet ya)

Jangan di campur apa2 dulu, karena saya kawatir campuran lainnya bisa menyebabkan iritasi pada lambung dan usus. Setelah meminum resep ini di jamin semua gangguan perut yg ada didunia ini hilang. Perut terasa lega dan bisa buang angin dengan tenang, tanpa was-was akan keluar kotorannya juga Hal ini disebabkan karena SAGU yg kita minum mampu melindungi usus dan lambung kita dari asam lambung yg berasal Dari tubuh kita sendiri.

Penyakit yg mungkin bisa disembuhkan:

1. Perut Kembung (orang bilang kena angin duduk)
2. Mencret
3. Buang Air Besar dengan darah.
4. Muntah2
5. Semua gangguan perut.

Setahu saya banyak orang yg meninggal karena penyakit yg gejalanya mirip dengan penyakit saya. Saya jg tahu kebanyakan orang frustasi karena sudah berobat ke banyak dokter tapi tidak sembuh2. Kalo ada di antara anggota milis yg sudah mencoba resep saya dan ternyata sembuh, tolong komentar ke www.zonaunik.com ya. Supaya makin banyak orang yg tahu. Dengan demikian makin banyak orang yg bisa diselamatkan dan di sembuhkan.

http://www.zonaunik.com/2011/10/obat-sakit-perut-yang-mujarab.htm

Minggu, 16 Oktober 2011

Do It Before Tomorrow Comes

If you’re mad with someone,and nobody’s there to fix the situation…You fix it .
Maybe today, that person still wants to be your friend .
And if u don’t, tomorrow can be too late .

If you’re in love with somebody ,but that person doesn’t know… tell her/him.
Maybe today, that person is also in love with you .
And if you don’t say it,tomorrow can be too late .

If you really want to kiss somebody… kiss her/him.
Maybe that person wants a kiss from you, too .
And if you don’t kiss her/him today, tomorrow can be too late .

If you still love a person that you think has forgotten you… tell her/him.
Maybe that person have always loved you.
And if you don’t tell her/him today , tomorrow can be too late.

If you need a hug of someone…ask her/him for it.
Maybe they need it more than you do.
And if you don’t ask for it today, tomorrow can be too late.

If you really have friends who you appreciate… tell them.
Maybe they appreciate you as well.
That if you don’t and they leave or go far away today , tomorrow can be too late.

If you love your parents, and never had the chance to show them…do it .
Maybe you have them there to show them how you feel.
That if you don’t and they leave today , then tomorrow can be too late.

Makanan yang Mencerdaskan Otak pada Masa "Golden Years"

shutterstock
Anak-anak butuh asupan makanan yang tepat dan seimbang guna menjamin pertumbuhan fisik dan otak yang optimal.

KOMPAS.com — Penting untuk diketahui setiap orangtua, bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan otak anak dimulai sejak ia masih dalam kandungan, hingga anak berusia 3 tahun. Pada masa-masa inilah sel-sel saraf otak berkembang amat pesat. Jika pada masa ini bayi tidak mendapatkan kebutuhan gizinya, kekurangannya tak akan bisa dipenuhi lagi di kemudian hari. Karena itu, penting untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang di usia ini.

Perlu diketahui, ada dua tahap masa golden years anak: pertama, sejak konsepsi hingga bayi berusia 9 bulan dalam kandungan. Kesehatan bayi berada dalam kondisi optimal baru bisa terdeteksi langsung setelah kelahiran, yang ditandai dengan berat lahir normal, Inisiasi Menyusu Dini (anak langsung mencari puting ibu), dan anak menangis. Kedua, dihitung sejak kelahiran bayi hingga 2 tahun.

Ketika anak lahir, otaknya baru mencapai perkembangan 60 persen, dan ketika ia mencapai 2 tahun, otaknya baru mencapai 80 persen. Makin ia berkembang hingga 14-15 tahun, otaknya mencapai perkembangan hingga 90 persen. Tentunya ini diketahui dengan membandingkan kemajuan fisik dan kemampuan anak sesuai tabel pertumbuhan anak. Untuk bisa mencapai potensi optimal otak dan pertumbuhan fisiknya, diperlukan nutrisi tepat dan seimbang, juga stimulasi untuk otak.

Asupan anak untuk periode usia emas kedua merupakan hal yang krusial untuk anak. Diperlukan kemauan dan kerja keras orangtua untuk memastikan si kecil mendapat nutrisi tepat dan seimbang tersebut. Apa saja yang dibutuhkan?

Makanan yang terbaik dan tepat untuk bayi berumur 0-6 bulan adalah ASI. Bayi usia 6 bulan bisa diperkenalkan kepada makanan padat sesuai kemampuan dan umurnya. Misal, nasi tim, sari buah, dan lainnya. Makin beragam jenis makanan yang diperkenalkan pada anak, makin variatif menunya, makin baik dampaknya kepada pemenuhan zat gizinya.

Pertumbuhan yang cepat pada usia balita memerlukan penambahan konsumsi zat pembangun (bahan makanan mengandung protein) dan pengatur (bahan makanan mengandung vitamin dan mineral). Bertambahnya aktivitas memerlukan penambahan bahan sumber tenaga (bahan makanan mengandung karbohidrat dan lemak). Pertumbuhan mental memerlukan lebih banyak zat pembangun, terutama untuk pertumbuhan sel-sel otak yang sangat cepat.

Ir Marzuki Iskandar, MTP, dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia mengatakan bahwa karbohidrat harus memenuhi 55-60 persen, sementara protein 15-20 persen, lemak 25-30 persen, dan sisanya vitamin. Karbohidrat bisa didapatkan melalui bahan makanan seperti umbi-umbian, jagung, dan gandum. Sementara protein hewani dan nabati bisa didapat dari ikan, kacang kedelai (tahu dan tempe), susu, dan keju. Lemak yang berasal dari hewani dan nabati juga penting untuk dipenuhi lewat sumber lemak esensial yang juga dikenal sebagai lemak cerdas (DHA, AA, Omega-3, dan Omega-6). Vitamin bisa didapat dari buah dan sayur, juga sinar matahari pagi hari, demikian disampaikan Ir Marzuki dalam seminar "Brain Food untuk Masa Golden Years", Jumat (24/7) di Jakarta.

Makanan apa yang terbaik untuk otak yang harus terpenuhi? Ir Marzuki, yang biasa disapa Pak Uki, menjabarkan, untuk Omega-3, bisa didapat dari labu parang, minyak biji kapas, dan kacang-kacangan. Sementara untuk Omega-6 bisa didapat dari jagung, biji bunga matahari, biji wijen, dan susu pertumbuhan yang diperkaya dengan lemak esensial tadi. Sementara untuk DHA bisa didapatkan melalui salmon, makarel, herring, sardin, tuna, minyak wijen, lemon, minyak biji bunga matahari, kenari, zaitun, dan lain-lainnya.

Makanan terbaik untuk protein otak adalah tyrosine dan tryptophan yang bertugas sebagai penyampai pesan ke otak dan pengolah pesannya. Bahan ini bisa didapatkan dari telur, susu pertumbuhan yang sudah diperkaya kedua hal ini, ikan-ikanan, daging putih (daging unggas), daging merah, dan biji-bijian seperti kacang serta hasil olahannya (tempe, tahu, dan oncom).

Pak Uki juga menyatakan akan pentingnya 9 mineral kunci kekuatan mental, yakni zat besi, magnesium, fosfor, mangan, sodium, potasium, kalsium, seng, dan boron. Zat ini menjamin pesan otak mengalir lancar ke seluruh sistem saraf dan otak. Tujuh vitamin yang juga sangat penting bagi otak adalah; vitamin B1, B2, B3, B5, B6, dan biotin, ditambah vitamin C.

Jangan lupakan juga fungsi sayuran. Warna pada sayuran bisa mengisyaratkan kandungannya. Warna-warni makanan memiliki kandungan zat gizi yang penting bagi kesehatan otak, seperti:
*Paprika merah, kaya akan beta karoten.
*Bawang bombay, warna kuningnya dari antoxantin, pelindung kuat terhadap kerusakan akibat radikal bebas.
*Brokoli, kaya akan beta karoten yang juga ada di dalam wortel.
*Bit, warna ungunya disebabkan karena antosianid, yang melindungi membran otak.
*Tomat, warna oranye kemerahannya menandakan antioksidan likopen yang kuat untuk melindungi membran otak.
*Wortel, warna jingganya berasal dari beta karoten, mineral kalsium, magnesium, dan zat besi.
*Alpukat, mengandung beta karoten, vitamin C, dan vitamin E. Buah ini juga mengandung lemak tidak jenuh.
*Jambu biji, sumber vitamin C tinggi.
*Pepaya, vitamin C yang tinggi dan enzim papain untuk mencerna protein.

Perlu diingat juga, diperlukan variasi untuk memberikan makanan kepada anak-anak. Selain karena anak-anak bisa bosan dengan makanan yang sama berulang-ulang, variasi pun memperkaya vitamin dan gizi yang diasup anak. Salah satu asupan yang tak boleh terlupakan pula adalah air, untuk memastikan bahwa makanan terproses dan menghantarkan zat-zat penting tadi ke seluruh tubuh.

Ketika Cinta Terurai Menjadi Perbuatan

Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri."
Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi."

Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."

Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati... terkembang dalam kata... terurai dalam perbuatan...

Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan
dan tidak nyata...

Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.

Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dilahirkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.

Cinta yang tidak terurai jadi perbuatan adalah jawaban atas angka-angka perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita

Dudung Abdussomad Toha

Rasulullah Menyuruh Kita Bersikap Ramah

Rasulullah SAW bersabda, "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni, dari Jabir RA).

Hadis di atas kembali mengingatkan jati diri kemanusiaan kita agar selalu bersikap ramah dalam berinteraksi sosial di antara sesama. Suatu sikap yang dalam satu bulan terakhir ini menjadi pertanyaan kita semua, khususnya menyangkut sikap kita sebagai manusia untuk menghargai hak-hak kemanusiaan sesama.

Aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, (25/9) lalu merajalelanya korupsi di berbagai bidang dan pelbagai kerusuhan yang menjurus konflik SARA seperti kasus di Ambon beberapa waktu lalu, makin menguatkan bahwa kita mulai tidak ramah dengan nilai-nilai kemanusian dan kemajemukan. Kita mulai tidak acuh dan tak ramah dalam mengawal bumi pertiwi yang kita cinta ini.

Bila melihat hadis di atas, sangat jelas dan tegas bahwa objek yang dituju dari hadis tersebut adalah "orang beriman". Jadi, sikap keramahan itu menjadi satu hal yang mutlak harus diintegrasikan dalam diri orang yang beriman. Artinya, kualitas keimanan seseorang itu salah satunya bisa diukur dari seberapa jauh ia sebagai seorang mukmin dalam kehidupan sosialnya itu melaksanakan "keramahan" kemanusiaannya (baca menghargai dan menghormati).

Praksisnya, bila orang beriman itu hidup dalam kemajemukan, maka ia bisa menghargai dan menerima segala perbedaan. Bila ia seorang pejabat, maka ia bisa menyuarakan dan amanah pada aspirasi rakyatnya. Dan bila ia seorang pemimpin, maka ia bisa menyalurkan segala energi kepemimpinannya untuk mewujudkan kemakmuran rakyatnya.

Implementasi wujud keramahan tersebut menjadi hal paling esensial, mengingat hakikat orang beriman itu tidak hanya pandai melafalkan sumpah tertentu, akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah wujud konkret tindakannya di masyarakat. "Al-imanu tashdiiqun bil qalbi, wa ikrarun bil lisan, wa a'malun bil arkan" (orang beriman itu tidak hanya membenarkan dalam hati, dan mengikrarkan di lisan, tapi lebih dari itu adalah melaksanakan dalam bentuk perbuatan).

Dengan memperhatikan esensi orang beriman ini, maka kalimat berikutnya dari hadis tersebut sangat kontekstual, bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Artinya, keberadaan kita sebagai manusia (dalam posisi apa pun) akan sangat ditentukan seberapa jauh kita bisa memberi manfaat bagi sekelilingnya. Kalau prinsip ini dijadikan pegangan utama, maka tentu tidak ada namanya anasir-anasir tindakan merendahkan kemanusiaan yang muncul di hati.

Tidak ada namanya "kezaliman struktural" manakala kita diberi amanah menjalankan kekuasaan. Tak ada namanya ketakutan akan turunnya pencitraan ketika kita senantiasa berpegang pada kebenaran. Semua tindakan akan tersubordinasikan untuk meraih tujuan hakiki orang beriman, yaitu rida Allah SWT. Semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada kita semua untuk selalu berada pada garis kebenaran-Nya, sampai kita semua menghadap-Nya dengan husnul khatimah. Amin ya Rabbal 'alamin.


Oleh Ida Fauziyah
Tulisan ini telah dimuat di Republika cetak dengan judul Manusia paripurna
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/10/06/lsme9u-rasulullah-menyuruh-kita-bersikap-ramah

Dibalik Daun-daun yang Berserakan

Dahulu, di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai berjualan, Ia pergi ke Masjid Agung di kota itu. Ia berwudu, masuk masjid, dan shalat Dhuhur.

Setelah membaca wirid dan doa sekadarnya, nenek tersebut keluar masjid, lalu membungkuk-bungkuk di halaman. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceraan. Selembar demi selembar dikaisnya, tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang jatuh dari pohon dengan cara seperti itu. Padahal, jika tengah hari, sengatan matahari di Madura sungguh menyengat. Keringat pun mengucur dari tubuh yang kurus dan mulai rapuh itu.

Banyak pengunjung masjid yang merasa iba kepadanya. Hingga suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum si nenek datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai menunaikan shalat, ketika hendak melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut.

Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan lalu menangis. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang pun menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "berikan aku kesempatan untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan daun-daun yang berserakan seperti biasa. Seorang kiai yang terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan tua itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan daun-daun di halaman masjid.

Ia pun mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat; pertama, hanya Pak Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang, ia sudah meninggal, dan kita bisa mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, Pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Kanjeng Rasulullah.

Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya telah membacakan shalawat kepadanya."

Begitulah, ketika seseorang mencintai Nabinya, ia akan mencari seribu satu cara agar bisa menyalurkan rasa cinta itu. Nenek renta ini bukanlah seorang ulama terkenal, ia hanyalah seorang penjual bunga cempaka.

Tidak banyak kata dalam kamus kehidupannya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Rasulullah. Namun, dengan kesederhanaan yang begitu jernih dan berbalut keikhlasan, ia telah mampu menginspirasi banyak orang untuk mempertanyakan sejauh mana kecintaannya kepada Al Musthafa, Rasulullah saw.

Merindukan Mati Syahid

Menjelang shubuh, Khalifah Umar bin Al Khathab berkeliling kota membangunkan kaum muslimin untuk shalat shubuh. Ketika waktu shalat tiba, beliau sendiri yang mengatur saf (barisan) dan mengimami para jamaah.

Pada shubuh itu, tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ihram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darah pun menyembur.

Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa Padang Pasir" ini bergeming dari kekhusyukannya memimpin shalat. Padahal, waktu shalat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ambruk juga. Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf untuk menggantikan posisinya sebagai imam.

Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah Umar. Para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah.

Salah seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat!"

Lalu, yang hadir serentak berkata, "Shalat, wahai Amirul Mukminin. Shalat telah hampir dilaksanakan."

Beliau langsung tersadar, "Shalat? Kalau demikian di sanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat." Lalu, beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran. Taklama kemudian, sahabat terbaik Rasulullah saw. ini pun wafat.

Sebenarnya, apa yang terjadi pada Umar Al Faruq ini adalah buah dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Alkisah, suatu ketika, saat sedang wukuf di Arafah, beliau membaca doa, "Ya Allah, aku mohon mati syahid di jalan-Mu dan wafat di negeri Rasul-Mu (Madinah)." (HR Malik)

Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, Umar pun menceritakan soal doanya itu kepada salah seorang sahabatnya di Madinah. Sahabat itu pun berkomentar, "Wahai Khalifah, jika engkau berharap mati syahid, tidak mungkin di sini. Pergilah keluar untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya."

Dengan ringan, Umar menjawab, "Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah Allah."

Keesokan harinya, saat Umar mengimami shalat shubuh di masjid, seorang pengkhianat Majusi bernama Abu Lu'luah itu menghunuskan pisaunya ke tubuh Umar yang menyebabkan beliau mendapat tiga tusukan dalam dan tubuhnya pun roboh di samping mihrab.

Seperti itulah, Allah telah mengabulkan doa Umar bin Al Khathab untuk bisa syahid di Madinah dan dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

Jumat, 07 Oktober 2011

Mandirikah Kita Dalam Berkeyakinan ?

Oleh : RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi.


Berpuasa adalah suatu kewajiban bagi satu umat yang mengimani atau meyakini agama. Berpuasa secara lahir dan batin, tampaknya merupakan bagian dari kehidupan umat beragama dalam menjalankan keyakinannya. Yang jadi pertanyaan, apakah situasi ini memiliki implikasi "pentertiban" serta "pembersihan" segala sesuatu yang dianggap mengancam kelancaran menjalani keyakinan tersebut? Apa yang termasuk kategori "pengganggu"? Apakah suksesnya menjalankan keyakinan tersebut, tergantung dari faktor eksternal atau internal?



Dalam kerangka psikologi, maka locus of control apa yang bekerja pada diri atau umat yang menjalani suatu keyakinan? Internal atau eksternal? Setiap diri berada dalam kontinum yang bergerak dinamis antara internal dan eksternal. Tidak ada rumus baku dalam kategori insani, yang berlaku adalah kecenderungan yang relatif stabil hingga membentuk suatu atribusi. Ketika kita cenderung menyalahkan banyaknya jajanan yang berentet di tengah hari, maka locus of control eksternal lah yang mewujud.



Kita, di negeri yang beragam yang mengembar-gemborkan indahnya perbedaan tapi di waktu yang sama berusaha keras menggerus perbedaan itu. Iklan keindahan keberagaman masih dimanfaatkan sebagai mantra bius untuk melengahkan mereka yang berbeda dengan diri untuk kemudian diluluh-lantakan dengan mudah. Cara yang tidak ksatria tetapi ampuh dan efektif.



Berbicara keyakinan, seringkali bahkan "wajib" membawa serta kata toleransi. Bagaimana dengan keyakinan akan suatu keyakinan? Banyak sekali peristiwa yang berwarna anarkis demi menegakkan sebuah keyakinan diri yang jelas berbeda dengan keyakinan yang menjadi korban anarkis itu.



Coba kita renungkan:

Bulan puasa, maka restoran, cafe, warung makan, warung kopi, bar, diskotek, harus ditutup, dirazia. Bahkan ada satu tayangan di televisi ketika bulan puasa tahun lalu, razia di satu warung sangat sederhana oleh orang-orang berseragam di tengah hari, mereka merazia gelas-gelas yang telah siap dengan kopi untuk segera diseduh jika ada pembeli datang.



Pertanyaannya:

Siapa yang berpuasa? Berpuasa untuk siapa? Siapa yang menjadi Tuhan?



Gambaran itu tidak jauh berbeda dengan memori sebagian besar orang dewasa ketika baru belajar berpuasa. Pada suatu siang yang terik, kala seorang anak berusia 10 tahun berjuang menahan lapar, tiba-tiba sang adik yang berumur 5 tahun menjilati es krim tepat di depan mata. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mengusir atau merazia es krim sang adik!



Apakah internalisasi seperti ini yang banyak membentuk fondasi sebagian dari diri kita dalam menjalani keyakinan hingga usia lanjut. Hal ini pula yang merasuki sikap dan perilaku dalam bab lain kehidupan, politik salah satunya. Memberangus semua yang berbeda menjadi jalan utama untuk menghidupkan api politik.



Melirik eksistensialis

Bukan agama, melainkan eksistensi menjalani agama, itu yang penting, demikian diungkapkan filsuf eksistensialis dari Denmark, Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855). Eksistensi menjadi suatu kewajiban dan tanggung jawab tiap diri. Dalam kehidupan, manusia mengalami tiga tingkatan yakni estetika, etis dan religiusitas sebagai eksistensi tertinggi.



Eksistensi estetika, menurut Kierkegaard ada pada tataran terendah di mana kenikmatan menjadi kuncinya. Ia menggambarkan Don Juan yang selalu menuntut terpenuhinya kepuasan dan kenikmatan. Prinsip ini pula yang Freud kemukakan sebagai Id yang berorientasi pada insting-insting dengan ciri pemenuhan kenikmatan. Tingkat berikutnya, eksistensi etis, saya melihatnya juga kurang lebih sebagai superego dalam bahasa Freud. Tataran etis ini telah melibatkan Other (Yang Lain/Liyan) sebagai tolak ukur.



Penulis sendiri sangat tertarik dengan eksistensi religius yang dikemukakan Kierkegaard sebagai eksistensi sebenarnya seorang anak manusia. Eksistensi itu hanya ada di hadapan Tuhan. Manusia menemukan eksistensinya dalam hubungan dengan Tuhan. Di hadapan Tuhan, individu menjadi diri itu sendiri. Bukan sebagai Direktur PT. A, bukan sebagai Profesor di Universitas Hebat, bukan, tetapi sebagai diri itu seutuhnya. Agaknya di sini pernyataan Jean-Paul Sartre (1905-1980) menemukan titiknya, ...other is hell.



Orang lain adalah neraka bagi eksistensi diri. Pertemuan dengan liyan berpotensi mematikan eksistensi diri individu. Tapi saya tidak setuju, karena liyan adalah pintu kemungkinan untuk diri keluar dari keterbatasan sebagai individu.



Kierkegaard meyakinkan bahwa dalam eksistensinya, manusia mendapatkan kebebasan. Manusia bebas memilih, menciptakan, menemukan, sekaligus bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Bertolak dari itu, maka pencarian dan pembentukan eksistensi menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan dalam kehidupan.



Self-disclosure

Berbagi informasi tentang diri sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi langsung. Bagi kultur masyarakat individualis, pengungkapan diri merupakan satu nilai terbesar yang dihayati, karena membuka kesempatan untuk menentukan pilihan sekaligus juga sarana untuk lebih mengenal orang lain. Namun bagi kultur masyarakat kolektif, adalah lebih penting untuk mengetahui afiliasi dan status seseorang ketimbang latar belakang atau perasaannya.



Dalam studinya, Derlega & Stepien (1977 dalam Smith & Bond,1993) membandingkan self-disclosure antara negara kolektif (Hong Kong, Taiwan & Jepang) dan individualis (Amerika Serikat), terdapat perbedaan signifikan dalam self-disclosure di dalam in-group dan out-group bagi masyarakat kolektif. Sementara di masyarakat individualis, tidak terdapat perbedaan signifikan.



Studi tersebut memang dilakukan kurang lebih tiga puluh tahun yang lalu. Namun penulis masih melihat sebagai penjelasan yang signifikan di era sekarang, terutama untuk Indonesia. Merujuk studi tersebut, status seseorang lah yang lebih diperhatikan dalam relasi di masyarakat, bukan sejarah atau perasaan yang sedang ada. Penjelasan ini menambah pemahaman, mengapa mudah sekali terjadi konflik dan prasangka antar umat agama. Yang langsung ditangkap bagi kita adalah "perbedaannya" tidak terlalu penting cerita di balik itu apalagi perasaan mereka yang di luar kelompok meski sebagai sesama manusia.



Pertanyaannya, mengapa terlihat ironis, terjadi di negara atau masyarakat kolektif? Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya juga tidak terlalu kontradiksi. Masyarakat yang mengutamakan kelompok atau harmonisasi kelompok, lebih peka dan membutuhkan kelompok lain yang mampu membedakan antara kelompoknya dan kelompok lain. Maka status, nama atau penanda lain menjadi begitu mudah tertangkap oleh diri, yang sayangnya seringkali mengaburkan nilai-nilai universal kemanusiaan.



Pada masyarakat individualis, bukan berarti tidak terdapat in-group - out-group, namun penekanan individu lebih menonjol. Maka, yang hubungan interpersonal menjadi tema yang coba dimaksimalkan. Self-disclosure menjadi salah satu pintu komunikasi langsung untuk menyatakan diri dan mengenal diri orang lain. Perahu kelompok tidak terlalu mendominasi, tiap individu membawa dirinya masing-masing dalam relasi kehidupan.



Apa itu toleransi?

Walzer (1997), menuliskan bahwa toleransi dipahami sebagai suatu sikap atau pemikiran, yang tergambar dalam sejumlah kemungkinan, yakni; (1) toleransi beragama: menerima perbedaan demi terciptanya perdamaian; (2) pasif, rileks, ramah terhadap perbedaan meski tidak menyukai atau tertarik, "It takes all kinds to make a world"; (3) moral yang tenang: suatu prinsip yang bahwa pihak atau orang lain pun tetap mempunyai hak sekalipun mereka melakukan haknya dengan cara kurang yang menyenangkan; (4) terbuka pada orang lain: adanya rasa ingin tahu atau lebih pada sikap menghargai, adanya kemauan untuk mendengar dan mempelajari; (5) antusias dalam mendukung perbedaan.



Pada nomor berapa tepatnya toleransi yang kita jalani? Apakah kita menghayati pula pemahaman toleransi no 4 dan 5 ? Melihat tingkat "ketersinggungan" dan sensitivitas fanatis, saya rasa kita baru pada toleransi "asal tidak mengganggu". Bukan cerita di balik perbedaan yang menarik, tetapi "anda silahkan berbeda, tapi jangan tanya-tanya apalagi mengkritisi saya". Akhirnya, yang terjadi adalah tarik menarik tiap kelompok meminta untuk dihargai, dimengerti, ditoleransikan. Sikap menuntut, perilaku memaksa sadar atau tidak sadar.



Kita dalam eksistensi?

Wajarkah mengamuk pada pihak yang dianggap bertanggung jawab "menghalangi" bahkan "berpotensi mematikan" eksistensi kita? Ketika kita menuntut pihak lain untuk menghormati diri kita, sadarkah bahwa kita juga menyatakan ketidaksanggupan diri untuk menjalankan keyakinan diri? Ingatkah kita di balik baju mereka yang berbeda warna, mereka adalah liyan yang mampu menjadi kemungkinan bagi ketidakmungkinan diri kita? Pernahkah terbayang bahwa kita yang ketika itu memposisikan diri sebagai "orang suci" dan "penghakim" berpeluang sama besar untuk menjadi mereka yang saat itu kita stempel sebagai setan?



Seiring dengan usia bangsa yang telah menggaungkan kebinekaan, akan sampai kapan kita menunda nilai itu meresap dalam diri kita?



Kembali pertanyaan siapa yang menjalani keyakinan, menjadi krusial. Kemandirian menjalaninya menjadi sesuatu yang kabur. Kelucuan tidak terasa, ketika diri harus menahan godaan untuk tidak makan atau minum, tidak melakukan kegiatan yang "dipuasakan", maka cara yang diambil adalah dengan menghilangkan seluruh objek godaan itu. Lalu, apa yang ditahan?



Evaluasi & merombak pembelajaran

Kita perlu mencari model pembelajaran lain yang lebih bisa menanamkan pemahaman - right / correct reasoning dalam diri sejak dini, tentang mengapa manusia perlu melatih kekuatan internalnya, hingga hampir di setiap agama memiliki aturan menahan diri. Apakah bisa menjadi evaluasi diri, bahwa "pemaksaan" meski dengan iming-iming reward ketika masa kecil, menjadi pola belajar yang efektif untuk meningkatkan internal locus of control?



Penanaman pemahaman lah yang bisa membentuk "kemandirian diri" sejak dini; diri yang tidak melihat liyan sebagai "musuh" yang perlu dihancurkan. Cobalah kita belajar mengamati, merenungkan dari rekaman pengalaman serta kejadian masa kecil yang terus berlangsung dalam kehidupan ini, dalam wujud yang berbeda. Memang kelihatannya sepele, namun berpeluang besar untuk menumbuhkan toleransi dalam makna yang sesungguhnya. Toleransi yang bermodal pemahaman, bukan toleransi yang bernada "tak acuh" atau "asal tidak mengganggu".



Maka, kapan lagi, jika tidak mulai sekarang kita membuka diri untuk bisa memahami keyakinan orang lain yang berbeda dari keyakinan kita?



Percayakah kita bahwa interaksi itu berlangsung timbal balik, bukan satu arah panah? Maukah kita mewujudkannya?



Selamat Berpuasa & Merayakan Idul Fitri dalam kesucian yang berhasil dimenangkan dalam perjuangan diri yang mandiri. Bukan dalam kemanjaan yang membesar menjadi keangkuhan dan arogansi diri.



***

Literatur

Walzer, Michael (1997) On toleration. New Haven; Yale University Press

Smith, Peter B. & Bond, Michael H. (1993) Social psychology across cultures; analysis & perspectives. New York; Harvester Wheatsheaf

Perselingkuhan Bagi Wanita yang Belum Menikah

Oleh : Jacinta F. Rini


Realistis atau pun tidak, mau diterima atau pun disanggah, kenyataan bahwa affair yang dilakukan seorang wanita dengan pria yang sudah berkeluarga, sebenarnya menjadi masalah yang sangat serius dan akan menyita tidak hanya waktu dan energi, tetapi juga seluruh kehidupan dan vitalitasnya; dan kondisi ini sering menyebabkan seorang wanita kehilangan harga diri.

Setiap affair yang dibuat pasti dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan itu sebenarnya sudah menjadi beban bagi pihak wanitanya. Alasannya mudah saja :
Semua kegiatan harus dilakukan dan dijaga ketat kerahasiaannya, seperti kapan bertemu dan dimana tempatnya; mereka juga harus menjaga agar tidak terlihat bersama-sama di depan umum agar mengundang kecurigaan apalagi di Indonesia yang kultur adat istiadat dan keagamaannya masih kuat.
Seorang wanita yang menjadi WIL (wanita intim lain) bagi seorang pria yang sudah berkeluarga, harus menerima kenyataan bahwa dirinya harus mampu dan mau menjadi prioritas kedua setelah keluarga sang pria. Dengan demikian, ia harus mengikuti segala jadwal, kegiatan dan rencana dari pihak pria. Akibatnya, pihak wanita tersebut harus rela kehilangan kebebasan dalam mengatur waktunya sendiri karena harus menyesuaikan dengan waktu sang pria. Sang wanita harus menerima kenyataan, bahwa dirinya harus menduduki urutan ke sekian dalam kehidupan sang pria setelah anak-anaknya, istrinya dan pekerjaannya. Padahal, pekerjaan menunggu itu saja sudah menyita tidak hanya waktu namun juga energi sehingga dirinya sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas-aktivitas yang positif atau pun terarah untuk sesuatu yang lebih baik bagi kehidupannya sendiri.
Sekali seorang wanita mau menjadi WIL pria yang sudah berkeluarga, secara tidak disadarinya ia sudah mengorbankan pengendaliannya terhadap kehidupannya. Secara tidak disadari ia mengorbankan kebebasan diri sendiri sehingga akhirnya tidak mampu lagi mempertahankan citra bahwa dirinya dahulu wanita yang sangat penuh kendali. Kondisi ini lama kelamaan menurunkan harga dirinya. Apalagi jika sang pria tidak menepati janji misalnya untuk menceraikan istri sahnya, maka ia akan lebih merasa sakit hati dan kecewa; kecuali jika sejak awal ia sudah membatasi keterlibatan emosional secara mendalam terhadap sang pria sebagai antisipasi terhadap kekecewaan (namun seringkali bagi pihak wanita hal tersebut tidak mungkin terjadi, karena justru wanita lah yang sering melibatkan faktor emosional pada si pria).
Banyak kenyataan menunjukkan, wanita yang terlibat affair dengan pria yang sudah berkeluarga, pada akhirnya mengalami kepahitan, kekecewaan, sakit hati, perasaan dikhianati karena dirinya sudah sangat tergantung baik secara emosional maupun secara materi dengan si pria yang sudah berkeluarga tersebut. Di lain pihak, mungkin ia sendiri juga merasa bersalah dan cemas jika ternyata berhasil memaksa si pria untuk meninggalkan keluarganya. Akhirnya, setiap saat si wanita merasakan pergumulan batin terus-menerus dan konflik yang menguras energi sehingga lama kelamaan energi negatif tersebut dapat menghancurkan kehidupan, karir, dan dirinya sendiri.

Jadi, jika ada di antara Anda yang mempunyai teman yang berselingkuh atau mungkin Anda sendiri yang sudah melangkah pada kehidupan semacam itu, coba lah untuk lebih realistis dan obyektif dalam memandang persoalan yang sedang dihadapi agar pada akhirnya apa yang dilakukan tidak merusak kehidupan kita sendiri dan kehidupan orang lain. Sebab, bagaimana pun juga bagi kaum wanita, akan lebih sulit untuk tidak melibatkan emosi secara mendalam terhadap sang pria karena memang wanita lebih sensitif dan emosional dibandingkan pria yang sering dikatakan rasional. Sebaliknya, akan lebih mudah bagi pria untuk memutuskan hubungan perselingkuhan jika pada saatnya nanti berhadapan dengan pilihan sulit atau pun sadar dengan sendirinya, karena pria seringkali tidak sampai melibatkan emosinya yang paling dalam. Namun jika ternyata dalam hubungan perselingkuhan tersebut keduanya sudah terlalu jauh baik dalam hal emosional maupun seksual, maka kondisi tersebut sudah dapat dikatakan ancaman serius bagi rumah tangga pihak yang sudah berkeluarga.

Tips : Memberi Stimulasi Anak di Masa Golden Age

The Golden Age, adalah masa-masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemuadian hari. Walaupun beberapa pakar menyebutkan sedikit perbedaan tentang rentang waktu masa Golden Age, yaitu 0-2 th, 0-3 th, 0-5 th atau 0-8 th, namun semuanya sepakat bahwa awal-awal tahun pertama kehidupan anak adalah masa-masa emas mereka.

Oleh karena itu masa Golden Age sering pula dikenal dengan “masa-masa penting anak yang tidak bisa diulang”. Di masa-masa inilah, peran orang tua dituntut untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak baik secara intelektual, emosional dan spriritual.



Berikut ini adalah tips dalam memberikan stimulasi/rangsangan anak pada masa golden age guna mengoptimalkan kecerdasan mereka:



Stimulasi yang Anda berikan bisa berupa pengalaman di alam terbuka.

Untuk anak-anak pengamatan mereka akan alam sangat detil. Anak-anak biasanya akan belajar banyak dengan hanya mengamati. Orang tua bisa bercerita tetang alam dan binatang. Jawablah pertanyaan anak dengan bahasa mereka yang sederhana. Dan lebih banyak ajukan pertanyaan untuk menggugah rasa ingin tahu anak.



Anak juga belajar dengan mengamati dan meniru Anda.

Maka sebagai orang tua Anda bisa menstimulasi mereka dengan menjadi teladan anak. Kalau Anda senang membaca, kemungkinan besar anak pun akan demikian.



Jangan berikan target, tetapi hargailah anak atas usahanya.

Kalau anak diberi standar-standar harus bisa membaca pada usia sekian, anak harus pandai membaca, maka anak akan mati-matian menyenangkan orang tuanya walaupun hati mereka tidak bahagia.



Pujilah mereka atas usahanya.

Berikan mereka reward atas usaha yang telah mereka berikan dengan hal yang bermanfaat, misalnya dengan mengajak mereka jalan-jalan ke toko buku, taman pintar, water boom dan lain-lain.



Berikan mainan yang bermanfaat bagi perkembangan keterampilan anak seusia mereka.

Berilah mereka kasih sayang dan rasa aman sehingga mereka pun akan sanggup memberi kasih sayang pada sesamanya. Di masa golden age, jika peran orang tua membahagiakan dalam kehidupan mereka, memori ini akan terkenang selamanya dan membawa pengaruh positif di kehidupan dewasa mereka kelak.