Jumat, 13 April 2012

Kisah Menyentuh Seorang Ibu Tua

Ini cerita dari Jepang kuno. Mudah2an bisa diambil hikmahnya...(cerita ini gw dapat dr buku pelajaran bhs Jepang)

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Kasih Sayang Seorang Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi

Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”


Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya

10 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Orang tua biasanya merasa diri selalu benar. Sehingga karena perasaan tersebut, orang tua menjadi tidak menyadari kalau diri mereka sering berbuat salah. Nah… Sekedar buat introspeksi diri, mari kita mencoba memeriksa batin kita, apa saja kesalahan yang biasa dilakukan oleh orang tua kepada anak, dan kadang tidak kita sadari.

1.Memposisikan anak sebagai miniature orang dewasa
Tidak mudah memang untuk memahami dunia anak-anak. Kadang kita terlalu PD untuk memberikan suatu pekerjaan atau kewajiban kepada anak yang tidak sesuai dengan porsi anak-anak. Misalnya adalah pada saat kita memaksa anak untuk bisa membaca atau menulis. Bagi orang dewasa, menulis dan membaca itu memang mudah, karena tidak banyak mengeluarkan energy. Namun bagi anak-anak, tentu saja kegiatan mebaca atau menulis adalah kegiatan yang melelahkan dan membosankan. Bila buah hati kita memang belum bisa atau belum cukup mampu untuk menulis atau membaca, sebaiknya kita jangan memaksa mereka. Alangkah lebih baik kegiatan tersebut kita ganti dengan kegiatan yang menyenangkan namun mendidik.

2. Membentak atau memarahi tanpa member alasan / motifnya.
Yang namanya anak-anak pasti biasalah berbuat salah. Mereka kan masih butuh banyak belajar dari pengalaman hidup sehari – hari. Sehingga kalau mereka berbuat salah, alangkah lebih bijak bagi kita untuk memakluminya. Namun kadang kita sering lupa, karena kalau yang namanya emosi sudah di ubun-ubun, pasti sangat sulit dari yang namanya marah, dan bahkan kadang sambil membentak, dan mudah-mudahan tidak sampai main tangan. Apakah menurut anda marah kepada anak adalah sesuatu yang efektif dalam mendidik anak? Jawabannya adalah TIDAK. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan bukanlah perasaan takut , segan, atau perasaan bersalah saja. Yang mereka butuhkan adalah nasihat yang berguna agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi kalau buah hati kita berbuat salah, alangkah lebih baik bagi kita untuk memberikan pengertian kepada mereka dengan baik, dan dengan penuh kasih sayang. Dan apabila kita terlanjur membentak (karena sudah tidak tahan), maka langkah selanjutnya adalah pendekatan kembali kepada anak. Kita berikan mereka alasan kita marah, dan menasihati mereka.

3. Menganggap anak adalah penerus cita-cita orang tua.
Mungkin karena terlalu terobsesi dengan cita-cita yang belum tercapai, banyak orang tua yang menempatkan anak sebagai generasi penerus cita-cita mereka. Sebagai contohnya adalah seorang ayah yang memiliki gelar professor, doctor, MA, MM, MT, BA, dia menuntut anaknya agar memiliki gelar yang lebih banyak lagi. Orang tua seperti ini biasanya merasa dirinya sayang pada anaknya. Karena dia ingin anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari dirinya sendiri. Namun bila kita telaah lebih jauh, model orang tua seperti ini biasanya lebih sayang pada dirinya sendiri, karena mereka kadang tidak merasa betapa anaknya merasa tersiksa saat anaknya berusaha untuk memenuhi keinginan orang tuanya. Rasa gengsi yang tertanam di dalam hati sang ayah, membuat sang ayah merasa malu malu bila anaknya tidak bisa menjadi lebih dari dirinya dan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Kalau anaknya memang menyukai dan bisa menikmati jalan hidup yang disediakan orang tuanya sih tidak apa-apa, yang berbahaya biasanya bila sang buah hati tidak “sreg” dengan bidang atau jalan yang dipilihkan oleh orang tuanya.

4. Tidak pandai menemukan bakat dan minat anak
Banya orang tua, yang mungkin karena kesibukan mereka, tidak sempet mengenal buah hatinya dari segi bakat dan minta mereka. Mereka biasanya lebih menilai prestasi anak dari nilai raport anak-anaknya. Kalau nilai raportnya baik, maka orang tua akan merasa bangga. Kalau nilai rapornya kurang baik, maka mereka akan kebakarang jenggot. Padahal disamping dilihat dari nilai raport, setiap anak memiliki kemampuan yang unik, yang biasa disebut dengan bakat. Padahal, semakin dini bakat itu diasah, maka bakat tersebut akan menjadi semakin mudah bertumbuh dan akan semakin berguna kelak pada saat mereka dewasa.

5. Membanding-bandingkan dengan saudara kandungnya.
Memiliki teladan yang baik tentu bukanlah hal yang buruk. Apalagi bila sumber teladan tersebut adalah saudaranya kandungnya sendiri. Yang menjadi masalah adalah pada saat kita menganakemaskan salah satu dari mereka. Tentu saja ini akan membawa pengaruh yang tidak baik, terutama pada pihak yang merasa dipandang lebih rendah. Walupun mungkin sang adik lebih cerdas dari kakaknya, jangan sampai kita memperlakukan sang adik menjadi terlalu istimewa dibandingkan dengan sang kakak. Sifat iri yang tumbuh di dalam hati sang kakak, bisa menjadi sebuah dendam yang berlarut dan bisa memicu pertengkaran diantara mereka kelak. So.. meski sang adik lebih cerdas dari sang kakak, alangkah lebih bijaksanya bagi kita untuk tetap memperlakukan mereka secara adil. Bila mereka bertengkar, kita harus bisa menjadi pembawa damai dan menemukan pihak yang bersalah secara adil. Jangan sampai karena dia adalah anak emas, maka dalam berbagai hal dia harus mendapat segala yang baik.

6. Komunikasi yang kurang berjalan baik
Kesibukan orang tua juga biasa menjadi alasan dalam hal ini. Karena sibuk kerja untuk menimbun nafkah, maka orang tua menjadi melupakan betapa pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak. Pada intinya, komunikasi yang baik akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang biasa ada antara anak dan orang tua. Dan tentu saja hal ini juga untuk mengatasi masalah kecil berkembang menjadi masalah yang besar.

7. Terlalu memanjakan
Saking sayangnya pada anak, kadang orang tua jatuh pada dosa “terlalu memanjakan anak”. Dosa ini bisa membawa akibat yang tidak baik bagi buah hatinya. Misalnya kedewasaan anak menjadi sulit berkembang, mental anak menjadi mudah nge-drop, sulit mandiri, mudah bergantung pada orang lain, dan masih banyak hal yang lain. Contoh yang lain lagi adalah pada saat ada orang tua yang karena terlalu sayangnya pada anak selalu membela anaknya. Sehingga pada saat anaknya ada masalah pada anak yang lain, dia akan membela buah hatinya secara habis-habisan, tanpa bersikap bijaksana dan tanpa peduli apakah anaknya bersalah atau tidak. Bahaya banget neh yang sampai kaya gini,

8. Terlalu banyak larangan.
Saya memiliki teman seorang bunda. Pada waktu itu saya melihat anaknya sedang bermain pasir yang akan digunakan untuk membangun rumah tetangga sebelah. Lalu saya bertanya pada beliau,”Bu… Kenapa anda membiarkan Dinda bermain pasir?” Dengan tenang bunda itu menjawab sambil tertawa,”Yah… Siapa tahu dia berbakat menjadi seorang insinyur pertambangan.” Yups… Itulah salah salah satu contoh sikap bijak dari seorang bunda kepada anaknya. Dia tidak mau bakat anaknya sulit berkembang karena larangan. Bermain pasir memang bisa menimbulkan penyakit, itu bisa terjadi bila sang anak tidak cuci tangan sebelum makan. Jadi kalau sang anak mau mencuci tangan dan kaki, atau bahkan mandi, terutama sebelum mereka makan, apa salahnya?

9. Tidak memahami fase perkembangan pribadi anak
Pola didik anak tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak. Sebagai orang tua kita harus memahami hal ini. Misalnya, kapan anak-anak boleh mengenal facebook, bila anak-anak sudah menggunakannya, kita harus tahu kapan dan sampai kapan kita harus mendampingi mereka. Atau kapan kita membantu anak-anak dalam hal pendidikan di sekolah, dan kapan kita harus bisa melepaskannya agar bisa mandiri. Perkembangan kepribadian tiap anak memang berbeda-beda. Yang pasti anda harus tahu kapan HARUS menjadi PENGENAL, PENDAMPING, PEMBIMBING, dan PENGAMAT. Pengenal adalah pada saat anda mengenalkan pada hal-hal yang baru. Pendamping adalah saat dimana anda harus mendampingi mereka agar bisa meneladani kita. Pembimbing adalah saat dimana kita akan lebih banyak membimbing mereka dengan lebih banyak member nasihat daripada menemani mereka. Dan pengamat adalah saat dimana kita cukup melihat perkembangan mereka dan memberi masukan saat berbuat salah. Yang pasti jangan sampai kita terlalu cuek atau terlalu mem-protek mereka.

10. Bertengkar di depan anak-anak
Ini dia yang sering tidak kita sadari. Bertengkar itu biasa di dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Namun berusahalah untuk tidak bertengkar di depan anak-anak. Karena pada saat kita emosi, biasanya akan keluar kata-kata yang belum pantas sidengar anak-anak. Dan dengan bertengkar di depan anak-anak, kita juga mengajarkan anak-anak untuk selalu menyelesaikan masalah dengan cara panas lho...

Ditulis Oleh: Kak Zepe, Pencipta lagu2anak - lagu2anak.blogspot.com

Selasa, 10 April 2012

Bertepuk Tangan Ternyata Membuat Anak Cerdas

GURU TK maupun kelas I SD kerap mengajak siswa-siswa bertepuk tangan. Kegiatan itu membuat para siswa bergembira dan membuat suasana hati menjadi riang. Tapi tahukah Anda, kegiatan itu dapat meningkatkan kemampuan kognitif atau kecerdasan dan keterampilan motorik buah ahti?

Peneliti dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) melakukan studi pertama kali mengenai manfaat lagu yang dinyanyikan sambil bertepuk tangan. Hasilnya cukup mengejutkan, tepuk tangan sambil bernyanyi memiliki hubungan langsung dengan peningkatan aktivitas dan keterampilan perkembangan yang penting pada anak-anak, remaja hingga mahasiswa perguruan tinggi.

"Kami menemukan bahwa anak-anak kelas satu, dua dan tiga sekolah dasar yang menyanyikan lagu sambil bertepuk tangan menunjukkan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak yang tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini," ujar Dr Idit Sulkin, anggota dari BGU's Music Science Lab in the Department of the Arts, seperti dikutip dari Sciencedaily.

Peneliti juga menemukan tepuk tangan dapat membantu melatih keterampilan motorik anak. Sehingga tulisan anak menjadi lebih rapi dan hanya mengalami sedikit kesalahan ejaan.

Dr Warren Brodsky, seorang psikolog musik yang mengawasi disertasi doktor ini mengungkapkan kegiatan tepuk tangan dapat melatih otak dan mempengaruhi perkembangan daerah otak yang lainnya.

Manfaat lainnya adalah anak-anak diajarkan melatih integritas sosialnya dengan teman-teman yang lain, sehingga kemampuan sosialisasinya lebih baik.

Dalam studi ini, Dr Sulkin dan tim pergi ke beberapa kelas sekolah dasar dan memberikan pelatihan lagu sambil bertepuk tangan. Hal ini dilakukannya selama periode waktu 10 minggu.

Selama penelitian, Dr Sulkin turut bergabung dengan anak-anak untuk bernyanyi. Hal ini untuk melihat apakah anak-anak merasa terhibur dan terpesona dalam menyanyikan lagu sambil bertepuk tangan. Kegiatan ini ternyata menjadi salah satu hiburan bagi anak-anak sekolah dasar.

"Dalam waktu yang singkat tersebut, anak-anak memiliki kemampuan kognitif yang baik serta membantu kemampuan motoriknya dalam melakukan aktivitas. Karena itu sebaiknya hal ini masuk dalam pendidikan untuk anak usia 6-10 tahun dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik dan kognitifnya," ujar Dr Sulkin.

Dr Sulkin menambahkan lagu anak-anak yang dinyanyikan sambil bertepuk tangan ini biasanya dibawakan oleh anak-anak hingga usianya 10 tahun.

Jika diamati, maka kegiatan ini sangat berfungsi sebagai acuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kebutuhan emosional, fisiologis, sosiologis dan kognitif anak-anak hingga ke tahap pertumbuhan berikutnya.

Nah, silakan ajari buah hati bernyanyi sambil bertepuk tangan ya.(go4/RRN)

http://www.metrotvnews.com

Senin, 02 April 2012

RIYA

Riya merupakan penyakit kronis yang mengendap dalam jiwa seseorang yang sulit untuk dihindarkan dan dihilangkan kecuali bagi mereka yang betul-betul mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah ‘Azza Wajalla. Penyakit ini mampu menyelusup pada semua amal perbuatan dan membatalkannya, penyakit yang sangat tersembunyi dan lebih halus dari rambatan semut serta tak seorang pun yang dapat mendeteksinya. Hal ini termasuk jebakan syetan yang paling besar dan berbahaya yang berupaya terus menerus untuk memalingkan hamba-hambanya yang mukhlisin.

Apa Itu Riya
Riya’ berasal dari kata Ru’yah (melihat), orang yang Riya’ adalah mereka yang menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang dilakukannya, dan orang yang beramal kepada Allah ‘Azza Wajalla
tetapi juga diniatkan untuk selain Allah dan hari akhirat. Bahkan orang yang riya’ pun melaksanakan ibadah yang Allah perin-tahkan tapi bukan karena Allah. Penyakit ini timbul karena disebabkan beberapa hal:
1. Senang terhadap pujian dan sanjungan.
2. Menghindari akan celaan
3. Mengharapkan kedudukan di hati orang lain.
Tiga hal inilah yang memicu tumbuh suburnya penyakit ini dan menggerogoti jiwa manusia, menyerang sebelum, dan sesudah bahkan pada saat amalan tersebut dikerjakan. Dan telah disebutkan didalam Al-Quran dan Sunnah Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang celaan terhadap riya’ diantaranya firman Allah ‘Azza Wajalla yang artinya :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al-Maa’un : 4-6)

Macam-Macam Riya’
1. Riya’ yang berasal dari badan
Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang kurus dan pucat, serta memamerkan bekas sujud di wajah agar mereka bisa melihat bahwa dia ahli ibadah, atau dia memperlihatkan rambutnya yang acak-acakan, agar dia di-anggap terlalu sibuk dalam urusan agama sehingga merapikan rambut pun tidak sempat. Gambaran serupa ialah memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung dan bibir yang layu, agar orang-orang menganggap dirinya terus menerus berpuasa.
Sedangkan orang-orang yang tunduk pada dunia, mereka riya’ dengan memperlihatkan badannya yang gemuk, penampilan yang bersih, kegagahan, dan kecantikan wajah. Mereka itu semua disinyalir oleh Allah ‘Azza Wajalla
dalam Al-Quran dalam surat Al-Munafiqun ayat 4.

2. Riya’ yang berasal dari Perhiasan/ Pakaian.
Menampakkan kezuhudannya dengan memakai pakaian yang kasar lagi tipis atau memakai pakaian yang lusuh/ tambalan. Memakai pakaian khusus biar manusia memberi predikat ulama. Gambaran yang lain (riya’nya ahli dunia) ialah memperlihatkan pakaian yang mahal, tempat tinggal dan perabot-perabot yang mewah.

3. Riya’ yang berasal dari Perkataan
Memperlihatkan kedalaman ilmunya agar bisa bercakap-cakap dengan para ulama, atau mempermainkan orang-orang bodoh serta sombong dan angkuh terhadapnya, begitu pula dengan merendahkan suara dan memperhalus tatkala membaca Al-Quran Sedang di hatinya tersimpan maksud agar dikira takut kepada Allah ‘Azza Wajalla
dan lain-lainnya. Sedangkan riya’nya para pemuja dunia , mereka pura-pura fasih dalam berbicara dan lain-lain.

4. Riya’ yang berasal dari Perbuatan
Menghiasi shalatnya dengan memanjangkan bacaan saat berdiri, memanjangkan ruku’ dan sujud, menampakkan kekhusyuan dan lain-lainnya. Begitu pula riya’ dalam puasa, haji, shadaqah dll. Dan bagi pemuja dunia mereka riya’ dengan menampakkan penampilan yang berlebih-lebihan .

5. Riya’ dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya
Dengan memamerkan kedatangan ulama, Syaikh atau ahli ibadah ke-rumahnya agar dikatakan, “Dia telah dikunjungi Fulan”, sehingga orang-orang datang ke rumahnya dan meminta barakah kepadanya atau dikatakan ia sudah banyak menimba ilmu dari mereka. Dan hal ini dilakukan untuk membanggakan diri, mencari ketenaran dan kedudukan di hati manusia.

Wahai hamba Allah inilah sederetan amalan yang sering diperlihatkan oleh pelaku riya’ yang seharusnya dihindari. Namun terkadang pula seseorang ingin menghindari penyakit riya’ akan tetapi ia justru terjatuh dalam perbuatan riya’ seperti: Seseorang meninggalkan suatu amalan karena takut dikatakan “Dia hanya ingin mencari muka”, padahal ini termasuk tipuan syaitan. Fudhail Bin Iyadh berkata : “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amalan karena manusia adalah riya dan ikhlash adalah Allah menyelamatkanmu dari keduanya”.