Rabu, 04 Mei 2011

CV OTENTIK

CV Otentik
Oleh : Jacinta F. Rini
Jakarta, 18 Juni 2010

The master was never impressed by diplomas or degrees.

He scrutinized the person, not the sertificate.
He once heard to say : "when you have ears to hear a bird in song,

you don't need to look at its credentials"
(Antony de Mello)


Saat ini, catatan riwayat hidup sepertinya masih merupakan hal penting dalam berbagai keperluan, seperti urusan melamar pekerjaan, menjadi anggota DPR, calon birokrat, anggota panita ini itu, ikut tender, menjadi pembicara maupun menjadi trainer, melamar beasiswa dan sekolah, hingga urusan gaul.

Isi daftar riwayat hidup menjadi referensi yang menentukan bagaimana nilai orang itu di mata yang lain. Semenjak jaman internet, lebih mudah menemukan latar belakang seseorang, baik orang awam, maupun tokoh atau minimal pernah menduduki peran penting. Facebook, Twitter atau jejaring sosial lain juga menjadi sarana efektif memperkenalkan dan me-marketing-kan diri sendiri.

Keterbukaan dan kemudahan informasi dalam mencari dan mengakses riwayat seseorang lewat internet membawa implikasi positif dan negatif. Positif, karena akan dibaca oleh masyarakat luas dan diantara mereka ada yang pernah sharing the same journey atau bertemu dalam sebuah moment. Kesan yang timbul saat itu menjadi acuan penilaian. Negatif, karena kita bisa menulis banyak tentang diri yang ternyata hanya punya sedikit.Terlepas dari bagaimana riwayat hidup itu di expose, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar kemasan & cara mengemas, yakni isi dan kualitas isinya.

Fungsi Daftar Riwayat Hidup
1. The way we fight our lives
Riwayat hidup semestinya menjadi record, catatan sejarah yang memuat informasi riil mengenai apa saja yang sudah kita alami, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki. Dari situ banyak yg bisa terbaca, apakah kita termasuk orang yang hanya mementingkan kuantitas tanpa kualitas, atau miskin kuantitas dan kualitas. Jangan salah, CV yg panjang lebar berlembar-lembar belum tentu menimbulkan kekaguman, bahkan bisa dipertanyakan: "Kalau sering-sering training dan seminar seperti ini, kapan dia kerjanya?" Atau "Sudahkah ilmunya dia praktekkan dan sumbangkan pada perusahaan?"

Darimana bisa terlihat 'how we fight our live'?
Memang yang kelihatan, bukanlah yang final, melainkan proses yang sudah dan sedang terjadi. Orang yang paham membaca CV, akan paham menganalisa proses kehidupan yang tercermin dalam usia kelulusan, lama kerja, scope tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan, variasi pekerjaan dalam satu jabatan, variasi tanggung jawab dalam satu peran, dsb. Bagi pembaca CV yang biasa bermain dengan kualitas, hal-hal semacam itu punya makna lebih penting dari sekedar template yang indah, jabatan atau kedudukan tinggi - apalagi jika diperoleh lewat cara-cara politis. Karena, 'cara dan gaya bekerja' seseorang akan menunjukkan falsafah hidup yang ia yakini dan amini serta nilai-nilai yg melandasi setiap motivasi dan gerakan hidupnya.

2. The way we grow
Tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai latar belakang pendidikan, darimana asal sekolah, sampai jenjang pendidikan apa, atau jika mungkin beberapa penelitian signifikan, bidang studi yang dipilih dan lama belajarnya, dsb. Pembaca CV yang budiman, cenderung tidak menangkap informasi di permukaan dan menggunakannya sebagai referensi tunggal. Nilai bagus belum jaminan kualitas seseorang, sebaliknya, nilai rendah belum tentu langsung didiskualifikasi. Tapi bagaimana orang itu memanfaatkan peluang pendidikan sebagai sarana pengembangan kapasitas intelektual dan kepribadian; bagaimana menggabungkan keilmuan dengan kenyataan sehingga kolaborasi keduanya menghasilkan pertumbuhan dalam diri orang itu.

Contoh, ada orang yang terus menerus belajar supaya dirinya sendiri yang jadi pintar; ada orang yang belajar dengan mengajari orang lain sehingga ilmunya lebih dipahami dan nancep berakar. Ada orang yang belajar sambil bekerja, dan ada yang belajar sambil meneliti ini dan itu. Yang paling ajaib, ada orang begitu yakin sukses tanpa harus bersusah payah belajar. Entah karena kaya raya, jaminan harta tujuh turunan atau karena proteksi orang tua yang menutupi kemampuan melihat realita hidup saat ini dan di masa depan.

Memang, hal-hal ini lebih mudah diverifikasi ketika pertemuan tatap muka dengan owner atau pun interviewer. Bahkan, bisa menjadi ajang verifikasi sejauh mana perkembangan kualiatas intelektual orang itu. Disini peribahasa tong kosong nyaring bunyinya atau bagai pungguk merindukan bulan, bisa diterapkan. Bisa dilihat dari hasilnya. Ada yang kemasan pendidikannya kelihatan canggih, tapi kosong dalamnya. Ada yang memang kosong melompong karena belajar tidak serius, hidup juga tidak serius. Ada yang super percaya diri dengan gelar berderet namun kosong ilmunya. Intinya, riwayat pendidikan sebenarnya bisa banyak bicara tentang kualitas dan kuantitas diri seseorang - dan itu manifestasi the way we grow.

3. The way we give ourselves
Banyak orang punya CV panjang lantaran catatan pelatihan berderet-deret dan berseri-seri seperti film serial. Banyak pula yang merasa bangga karena status jabatan tinggi serta fasilitas yang lengkap. Pertanyaannya, berapa banyak orang yang bertanya pada diri sendiri 'apa yang sudah saya berikan bagi sesama saya?' Atau 'apa yang sudah saya lakukan,utk mengatasi persoalan yg terjadi di sekitar saya' dan 'apa yang sudah saya berikan bagi perusahaan tempat saya bekerja?' Jujur saja, kebanyakan bertanya apa yang layak saya peroleh? Bagaimana cara mendapatkannya?

Apa hubungan semua ini dengan CV? Jelas dan sederhana, tinggal kalkulasi saja antara banyaknya yang diterima dengan yang dihasilkan, antara belajar dan karyanya, antara status jabatan dengan kontribusinya, antara pengalaman yang dialami & dikejar dengan kematangan karakter. hasil akhir semua itu akan memperlihatkan apakah kualitas pribadi dan kemampuan orang itu selaras dengan CV-nya serta status jabatan seperti yang tertera di kartu nama.

Darimana bisa terlihat? Interviewer atau user yang jeli dan sensitif melakukan eksplorasi dengan banyak cara, untuk menemukan apakah kandidat punya concern terhadap orang lain, atau hanya pada diri sendiri, apakah ada kontribusi nyata pada tempat ia belajar dan bekerja, dan apakah pengalaman kerja telah menghasilkan pertumbuhan karakter yang semakin baik serta kematangan pengalaman & ketrampilan

Langkah Aman
Banyak pertanyaan diajukan, bagaimana supaya kita bisa memberikan impresi yang positif dan menarik? Jawabannya bukan terletak pada 'teknik atau cara', tapi pada 'apa'; bukan bagaimana mengimpresi, namun apakah yang dijadikan modal? Banyak orang silau oleh impresi yang kinclong, seperti CV yang keren, bicara kebarat-baratan, dan baru terbukti setahun kemudian ketika masa honeymoon sudah berlalu. Atasan mulai bertanya-tanya mengapa dia belum juga memberikan energi baru dan kreativitas segar yang menggenjot inovasi dan produktivitas team-nya, malahan tenggelam menjadi sewarna dan senada dengan yang lain.

Sebenarnya, tidak perlu punya kehebatan untuk bisa menjadi hebat, sama halnya dengan burung pasti bisa terbang tinggi jika ia mau rajin-rajin mengepakkan sayapnya. Manusia diberi kemampuan untuk beradaptasi dengan persoalan dan kendala-kendala, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kunci keberhasilan seseorang, ada pada kemauannya untuk terus melangkah, menghadapi setiap persoalan, menyelesaikannya dan melanjutkan perjalanan. Masa lalu, tidak hilang melainkan sudah "berfotosintesis" dengan kepribadian melahirkan satu lagi ciri khas karakter kita. Hasil fotosintesis itulah yg menjadi "chlorophyl" karakter. Disitu letak pentingnya pengalaman pribadi.

Maka dari itu, sebagaimana hijau daun tidak dapat disembunyikan,maka karakter asli juga akan terpancar; mau itu baik atau kurang baik, dsb. Keindahan dan kekuatan seseorang akan terlihat dan terbaca dari output-nya, yakni : pola pikirnya, analisanya, perspektifnya, nilai-nilai dan opini, sikap dan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, dsb. Itu semua yang akan kelihatan oleh orang lain, meskipun seandainya tidak ada CV yang lengkap untuk memperlihatkan kekuatan seseorang. Kalau isi-nya kita sedikit, atau kurang berkualitas, maka yang dibahas atau yang jadi fokus perhatian juga persoalan remeh temeh dan kurang berbobot, tidak esensial, yang dianggap sumber masalah justru persoalan periferal.

Tidak ada kata terlambat
Setiap manusia diberi kesempatan dan sarana untuk maju dan menjadi semakin baik. Di situlah letaknya kebesaran Tuhan. Perjalanan hidup manusia yang sarat dan padat dengan peristiwa, kesempatan dan perjumpaan dengan manusia lain, merupakan training ground and learning sessions untuk menambah dan menumbuhkan skills baru dan kekuatan pribadi. Tentu saja, kita bisa dengan sengaja mempelajari berbagai bidang khusus yang ingin diperdalam. Hal itu biasanya dilakukan jika kita sudah punya arah tujuan yang lebih jelas. Tapi bagi yang belum bisa menggambarkan apa sih yang jadi tujuan dan cita-cita, maka sensitivitas diri menjadi faktor penting.

Kalau kita sensitif, kita bisa mengenali kebutuhan sekitar kita dan mengenali apa saja kebutuhan kita sendiri untuk bisa merespon kebutuhan di lingkungan atau sekeliling kita (kebutuhan kerja, perusahaan, masyarakat, keluarga). Dari situ, kita bisa tahu skill apa yang harus dikembangkan, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dilatih dan apa yang perlu dikurangi supaya tidak jadi kendala dalam menempuh kehidupan yang sedang dijalani ini.

Setiap usaha positif yang kita lakukan dengan konsisten, akan membentuk karakter dan kekuatan yang mendorong rasa percaya diri sejati - yang betul-betul ada sumbernya dan bukan sekedar ilusi diri atau pun iklan. Kita bisa hidup otentik - selaras, antara di dalam dengan di luar. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar