Selasa, 15 Maret 2011

PEMIKIRAN DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM

PEMIKIRAN DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM
(Telaah pemikiran Syi’ah, Murji’ah dan Sunni)
Oleh : Hidayatullah, SHI
A. PENDAHULUAN
Perbedaan pendapat pada manusia adalah sesuatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Kalau manusia sejak kecilnya memandang alam sekelilingnya dengan pandangan filosofis, sedangkan pandangan orang berbeda-beda, maka kelanjutannya ialah bahwa gambaran imajinasi manusia juga berbeda-beda. Semakin jauh orang berjalan dalam cifilisasi dan kebudayaan, semakin jauh pula perbedaan itu, sehingga timbullah karenanya aliran-aliran dalam filsafat, sosial, ekonomi dan sebagainya. Hal ini pula yang menyebabkan perbedaan pandangan dalam persoalan teologi yang terjadi di kalangan umat Islam saat ini.
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW umat Islam saling berselisih dalam berbagai hal. Mereka saling sesat – menyesatkan, saling salah menyalahkan, sehingga mereka pun pecah beraliran–aliran dan berkelompok–kelompok, padahal Islam itu sebenarnya menyatukan mereka dalam satu persatuan dan kesatuan.
Awal terjadinya perselisihan tersebut adalah pertentangan mereka tentang kepemimpinan (imamah) sepeninggal Nabi SAW yaitu ketika para sahabat golongan Anshor berkumpul di Safiqah Bani Sa’adah untuk menetapkan Sa’ad Ibn Ubaidah sebagai pemimpin umat Islam. Hal ini terdengar oleh Abu Bakar As Shiddiq dan Umar bin Khattab. Maka mereka pun segera menghadiri pertemuan para sahabat golongan Anshor tersebut mewakili para sahabat golongan Muhajirin.
Kemudian dalam pertemuan itu Abu Bakar As Shiddiq mengemukakan pendapatnya, bahwa kepemimpinan tersebut tidak oleh dipegang golongan lain, kecuali (golongan) suku bangsa Quraisy. Dan hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW.
”Kepemimpinan ini berada di tangan suku bangsa Quraisy”
Inilah yang menjadi awal munculnya perpecahan dalam umat Islam terutama dalam persoalan teologi yang terpecah menjadi berbagai macam aliran dan golongan.sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw :
”Umat sebelummu dari ahli kitab terpecah menjadi 72 millah (aliran). Dan agama ini (Islam) terpecah menjadi 73. 72 diantaranya di neraka dan satu di surga. Yaitu Al-Jamaah. (HR. Abu Daud)

B. ALIRAN SYI’AH
1) Pengertian syi’ah
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī شيعي. "Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun).
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut untuk menunjuk para pengikut ali bin abi thalib sebagaui pemimpin pertama ahlul bait. Ketokohan Ali Bin Abi Thalib dalam pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi Muhammad sendiri ketika ia masih hidup.
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama diantara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.

2) Awal mula munculnya Syi’ah
Pada awal kenabian Muhammad, ketika ia diperintah menyampaikan dakwah kepada kaum kerabatnya, maka yang pertama-tama menerima ajakan Islam tersebut adalah Ali bin Abi Thalib sendiri. Dikatakan bahwa nabi Muhammad ketika itu menyamapaikan pernyataan bahwa siapa yang pertama-tama memenuhi ajakannya memeluk Islam akan menjadi penerus dan pewarisnya.
Sejak saat itu orang-orang Syi’ah menganggap bahwa Alilah yang berhak menyandang pewaris nabi. Selain itu peristiwa yang terpenting yang memperkuat orang Syi’ah yaitu isyarat nabi yang menunjuk Ali Bin Abi Thalib sebagai waliyat al amah (pemimpin umum ummat) dan menjadikan Ali sebagai wali (pelindung bagi ummat Islam) pada saat peristiwa Gadir Khumm.
Dengan alasan-alasan demikian para pengikut Syi’ah percaya bahwa setelah nabi wafat, kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya yang disebut dengan Ahlul Bait.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Akan tetapi bukanlah itu yang dimaksudkan oleh Abu Bakar dan Umar. Nampaknya yang mereka maksudkan adalah kedudukan serta kekuatan kaum Quraisy. Jadi bukan semata-mata karena masalah kerabat. Kaum Quraisy adalah lebih utama untuk menduduki kursi khalifah itu karena mereka mempunyai kekuatan dan ditaati di kalangan bangsa Arab. Abu Bakar pun telah menjelaskan apa yang dimaksudkannya tentang hal itu dalam pidato yang diucapkannya di Saqifah Bani Saidah.katanya.:”.... Di samping itu kami adalah bangsa Arab yang paling mulia keturunannya.”dan Umar pun menerangkan pula pendapat itu dalam ucapannya : ....”andaikan kaum Quraisy masuk ke lobang biawak, niscaya bangsa Arab seluruhnya akan mengikuti pula”.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Illahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
3) Doktrin Syi’ah
Dalam Syi'ah terdapat doktrin yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu'uddin {masalah penerapan agama). Syi'ah memiliki Lima Ushuluddin:
1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2. Al-‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah pada keberadaan para nabi sama seperti muslimin lain. I’tikadnya tentang kenabian ialah:
a) Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
b) Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW.
c) Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Beliaulah nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada.
d) Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci.
e) Al-Qur'an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW.
4. Al-Imamah, bahwa bagi Syi'ah berarti pemimpin urusan agama dan dunia, yaitu seorang yang bisa menggantikan peran Nabi Muhammad SAW sebagai pemelihara syariah Islam, mewujudkan kebaikan dan ketenteraman umat. Al-hadits yang juga diriwayatkan Sunni: "Para imam setelahku ada dua belas, semuanya dari Quraisy".
5. Al-Ma’ad, bahwa Syi'ah mempercayai kehidupan akhirat.

C. ALIRAN MURJI’AH
1) Pengertian murjiah
Murjiah berasal dari kata “Irja’” yang artinya menunggu, menunda dan mengharap, mengingat penganutnya yang mempercayai bahwa setiap orang yang berbuat kejahatan itu pasti menunggu dan mengharap rahmat Allah. Dan, Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Maka, setiap orang tidak punya hak gugat sehingga ia dapat memprotes dan mempersalahkan perbuatan atau dosa yang dilakukan seorang yang dzalim.
Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khawarij. Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat.
2) Awal mula munculnya murji’ah
Murji’ah adalah sebuah nama yang pada mulanya mengacu kepada segolongan sahabat nabi, yang tidak mau melibatkan diri dalam pertentangan politik yang terjadi sejak tahun-tahun terakhir pemerintahan khalifah Usman Bin Affan (663-655 M/23-35 H) antar pihak yang menyokong khalifah (golongan Usman) dan pihak yang menentangnya (golongan Ali). Sementara kedua pihak yang berselisih itu saling menyalahkan, mereka yang tidak mau melibatkan diiri melakukan irja’;dengan pengertian tidak mau memberikan pendapat tentang pihak mana yang benar atau salah, dan menyerahkan masalah itu kepada Tuhan. Menurut mereka, cukuplah Tuhan saja yang memutuskan nanti di akhirat tentang pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah. Mereka yang memilih sikap sikap irja’ itu, sehingga mereka disebut kaum Murji’ah..
Selanjutnya nama Murji’ah mengacu kepada kaum muslimin yang tidak setuju dengan pandangan kaum Khawarij (muncul sejak 657 (37H), yang mengafirkan mukmin yang melakukan dosa besar. Menurut mereka mukmin yang melakukan dosa besar tidaklah berubah statusnya menjadi kafir, tapi tetap mukmin, yakni mukmin yang berdosa yang seandainya dimasukkan tuhan ke dalam neraka, tidaklah kekal selamanya di sana. Ketika mereka ditanya tentang nasib mukmin, mereka memilih sikap irja’, yakni 6tidak menyatakan pendapat, tapi menyerahkan masalah itu kepada Tuhan. Menurut mereka cukuplah Tuhan yang memutuskan apakah ia akan mengampuni mukmin yang berdosa itu, sehingga masuk syurga kelak di akhirat, atau menghukumnya lebih dulu di neraka, baru sesudah itu memasukkannya ke dalam syurga. Dengan menyatakan pendapat seperti ini mereka telah melakukan irja’ dengan pengertian memberi harapan kepada pelaku dosa besar, bahwa mungkin mereka diampuni Tuhan sehingga tidak akan masuk neraka dan sekiranya tidak diampuni, mereka pada akhirnya akan masuk syurga juga dengan segala kenikmatan yang diberikan Tuhan.
Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama hijriyah. Mereka datang ke Madinah setelah terjadi pembunuhan terhadap diri khalifah Usman Bin Affan, yang pada waktu itu sering berkecamuk perselisihan-perselisihan dan pertikaian-pertikaian di kalangan umat islam.
3) Doktrin Murji’ah
Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:
1. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan Murjites sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan.
2. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.
3. Amal-amal lahir tidak termasuk bagian dari pada iman. Iman adalah keyakinan hati.
Tokoh utama aliran ini antara lain adalah: Abu Bakrah, Abdullah Bin Umar, Saad Bin Abi Waqas, Imran Bin Husain dan lain-lain Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin 'Umar. Dalam perkembangan selanjutnya, aliran ini terbagi menjadi kelompok moderat (dipelopori Hasan bin Muhammad bin 'Ali bin Abi Tholib) dan kelompok ekstrem (dipelopori Jaham bin Shofwan).

ALIRAN SUNNI
1) Pengertian sunni
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: أهل السنة والجماعة) atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah (bahasa Arab: أهل السنة) atau Sunni. Ahlussunnah adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan ±10% menganut aliran Syi'ah
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
Sedangkan menurut A Hanafi, perkataan As Sunnah dapat berarti hadis nabi dan yang dimaksud Ahlussunnah ialah orang yang mengaku serta mempercayai kebenaran hadis nabi tanpa menolaknya. Sedang perkataan jamaah berarti golongan kaum muslimin (atau mayoritas)selain Khawarij, Murjiah dan Syi’ah. Karena aliran ini tidak mengakui sahnya ijma’ yaitu kebulatan pendapat golongan mujtahidin, sebagai wakil dari seluruh kaum muslimin.
2) Sejarah aliran Sunni
Ketika Rasulullah Muhammad SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin dan Anshar siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para sahabat melihat hal ini akan mengakibatkan perang saudara antar kaum muslimin Muhajirin dan Anshor. Setelah masing-masing mengajukan delegasi untuk menentukkan siapa Khalifah pengganti Rasulullah. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah.
Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh beliau dengan sadis ketika beliau sedang membaca Qur'an.
Segera setelah bai'at Khalifah Ali mengalami kesulitan bertubi-tubi. Orang-orang yang terpengaruh Abdullah bin Saba' terus menerus mengadu domba para sahabat. Usaha mereka berhasil. Para sahabat salah paham mengenai kasus hukum pembunuhan Utsman. Yang pertama berasal dari janda Rasulullah SAW, Aisyah, yang bersama dengan Thalhah dan Zubair berhasil diadu domba hingga terjadilah Perang Jamal atau Perang Unta. Dan kemudian oleh Muawiyah yang diangkat oleh Utsman sebagai Gubernur di Syam, mengakibatkan terjadinya Perang Shiffin. Melihat banyaknya korban dari kaum muslimin, maka pihak yang berselisih mengadakan ishlah atau perdamaian. Para pemberontak tidak senang dengan adanya perdamaian diantara kaum muslimin. Kemudian terjadi usaha pembangkangan oleh mereka yang pada awalnya berpura-pura / munafik. Merekalah Golongan Khawarij
Kaum Khawarij ingin merebut kekhalifahan. Tapi terhalang oleh Ali dan Muawiyah, sehingga mereka merencanakan untuk membunuh keduanya. Ibnu Muljam dari Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali pada saat khalifah mengimami shalat subuh di Kufah, tapi tidak terhadap Muawiyah karena dijaga ketat. Bahkan Muawiyah berhasil mengkonsolidasikan diri dan umat Islam, berkat kecakapan politik dan ketegaran kepemimpinannya. Karena belajar oleh berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah. Maka tahun itu, tahun 41 Hijriyah, secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).
Dalam perkembangan selanjutnya muncul istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yaitu satu ikatan atau golongan ulama-ulama ilmu Kalam, Fiqih, Tafsir dan Hadis untuk menghadapi serangan-serangan dari Mu’tazilah, Khawarij dan Syi’ah dan segala macam bentuk alirannya, serta mengembaluikan faham keagamaan sahabat utama.
Aliran ahlus sunnah wal jama’ah lahir pada abad ke tiga Hijriyyah dengan dipelopori oleh ulama terkemuka bernama Abu Hasan Al Asyari (230-290 H/ 873-935 M) dan kemudian diikuti oleh Abu Mansyur Al Maturidi yang bertujuan mengembalikan aqidah kaum muslimin kepada kemurniannya yang digariskan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat beliau.
3. Doktrin aliran Sunni
Ciri aqidah ahlus sunnah berbeda dengan golongan lain, terutama aliran mu’tazilah, bukan pada aqidah yang sama sebagaiman disebutkan berikut ini:
1. Tuhan bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat
2. Ada syafaat pada hari kiamat
3. Pekerjaan manusia tuhanlah yang menjadikannya
4. Kebangkitan di akhirat, pengumpulan manusia (hasyr) pertanyaan mungkar dan nakir di kubur, siksa kubur, timbangan amal perbuatan manusia, jembatan (shirat) kesemuanya adalah benar.
5. Kebaikan dan keburukan tidak dapat diketahui oleh akal semata-mata
6. Ijma’ adalah suatu kebenaran yang harus diterima


PENUTUP
Munculnya aliran syiah dilatar belakangi adanya kepercayaan orang – orang Syiah yang menganggap bahwa Ali adalah orang pertama kali menerima ajakan Islam dikuatkan lagi dengan pernyataan nabi Muhammad yang menyamapaikan bahwa siapa yang pertama-tama memenuhi ajakannya memeluk Islam akan menjadi penerus dan pewarisnya. inilah yang menjadi landasan bahwa Alilah dan Ahlu Bait yang berhak menggantikan kekhalifahan sesudah nabi wafat.
Munculnya Aliran Murji’ah pada mulanya adalah sebuah nama yang mengacu kepada segolongan sahabat nabi, yang tidak mau melibatkan diri dalam pertentangan politik yang terjadi sejak tahun-tahun terakhir pemerintahan khalifah Usman Bin Affan antar pihak yang menyokong khalifah (golongan Usman) dan pihak yang menentangnya (golongan Ali). Sementara kedua pihak yang berselisih itu saling menyalahkan, mereka yang tidak mau melibatkan diiri melakukan irja’;dengan pengertian tidak mau memberikan pendapat tentang pihak mana yang benar atau salah, dan menyerahkan masalah itu kepada Tuhan.
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, kiranya tidak aneh kalau dikatakan bahwa perbedaan pendapat menjadi tabiat dan sifat manusia, di mana dan kapanpun saja, termasuk juga kaum muslimin. Meskipun demikian, perbedaan di kalangan kaum muslimin mempunyai corak tersendiri, berhubung dengan faktor-faktor khusus yang berhubungan dengan agama, lingkungan dan waktu.






DAFTAR PUSTAKA
A Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam jilid II Jakarta; Pustaka Al Husna: 1997
Abul Hasan Ismail Al Asyari, Prinsip-Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam,terj. Drs. H
Nasir Yusuf,Bandung: Pustaka Setia;1998
Ali Syariati, Murji`ah: Fenomena Penyimpangan Pemikiran http://islamalternatif.net/id/27/04/2009
Hanafi MA. Pengpantar Theologi Islam, Jakarta, Al Husna Dzikra : 1995
Taufiq Idris, Aliran-Aliran Popular dalam Teologi Islam, Surabaya ;Bina Ilmu 1995
UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1995
http://id.wikipedia.org/wiki/Murji%27ah
http://id.wikipedia.org/wiki/sunni
http://id.wikipedia.org/wiki/syi’ah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar